POHON
Orang-orang memanggilku
"Pohon", itu semua karena aku sangat ahli dalam menggambar sebuah pohon.
Karena itu setiap membuat suatu lukisan, aku selalu menambahkan gambar
pohon di sisi kanan bawah sebagai tanda dalam semua lukisanku. Aku
telah berpacaran sebanyak lima kali sewaktu masih SMA, dan ada seorang
wanita yang sangat aku sayangi. Namun, aku tidak pernah memilki
keberanian untuk mengungkapkannya.
Wajahnya tidaklah cantik, tidak
seksi, tapi dia sangat peduli kepada orang lain. Aku menyukainya, bahkan
sangat menyukainya. Menyukai gayanya yang santai dan apa adanya,
kemandiriannya, kepandaiannya dan kekuatannya, semua membuatku kagum.
Tapi aku tidak pernah
mengajaknya untuk berkencan, karena yang ku rasakan, dia sangat biasa
dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua
perasaan yang indah ini akan hilang. Dan aku juga takut, kalau
gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah
"sahabatku" dan aku akan memilikinya tiada batas dan tidak harus
memberikan semua hanya untuknya.
Selama tiga tahun ini, dia tahu
kalau aku mengejar gadis-gadis lain. dan itu telah membuatnya menjadi
sering menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yan
kedua, dan ia melihatnya. Dia hanya tersenyum kepadaku, dengan berwajah
merah dia berkata "lanjutkan saja" lalu pergi meninggalkan kami.
Esoknya, kudapati matanya bengkak dan merah.
Aku sengaja tidak mau memikirkan
apa yang menyebabkan dia menangis. Ketika kelas sudah kosong, dan semua
telah pulang, dia masih tinggal sendiri di dalam kelas untuk menangis.
Waktu itu aku kembali dari latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di
kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejaman.
Pacarku yang ke-4 tidak
menyukainya, pernah mereka berdua terlibat perang dingin. Aku tahu kalau
bukan sifatnya untuk memulai pertengkaran. Tapi aku tidak
memperdulikannya, dan masih tetap bersama pacarku. Aku pernah berteriak
padanya, dan itu membuat matanya penuh dengan kesedihan. Aku tidak
memikirkan perasaannya dan malah pergi meninggalkannya bersama pacarku.
Esok hari, kami kembali akrab dan tertawa penuh canda bersama seperti
tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu, bahwa ia sangat sedih dan
kecewa, tapi ia tidak tahu kalau sakit hati yang aku rasakan sama
buruknya dengan yang ia rasakan.
Ketika aku putus dengan pacar
yang ke 5, untuk pertama kali aku mengajaknya untuk pergi. Setelah
kencan itu, aku mengatakan sesuatu kepadanya, bahwa ada sesuatu yang
ingin aku katakan. Lalu dia menjawab, "kebetulan sekali, aku juga ingin
mengatakan sesuatu kepadamu..."
Aku bercerita padanya kalau kini
sudah putus dengan pacarku, dan dia bercerita sedang memulai suatu
hubungan dengan seseorang. Katanya, pria itu sering mengejarnya selama
ini, seorang pria yang baik, penuh energi dan menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan
betapa sakitnya hatiku, aku hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat
padanya. Ketika aku sampai di rumah, kekecewaanku bertambah kuat
sampai-sampai aku tidak sanggup menahannya.
Akupun hanya bisa menagisi
kebodohanku selama ini. Ketika upacara kelulusan tiba, aku membaca
sebuah SMS yang sudah lama dikirim, mungkin sekitar 10 hari yang lalu
saat aku terakhir kali berbicara dengannya. SMS itu berbunyi, "Daun
terbang karena Angin bertiup, atau karena Pohon tidak memintanya untuk
tinggal...?".
***
DAUN
Dulu saat masih SMA, aku
suka sekali mengoleksi dedaunan. Mengapa...? Karena aku merasa bahwa,
daun meninggalkan sebuah pohon ditinggalinya yang selama
ini, membutuhkan banyak kekuatan.
Selama 3 tahun di SMA, aku dekat
dengan seorang pria. Dia bukanlah pacarku, tapi ia "Sahabat" ku. Ketika
dia mempunyai pacar untuk yang pertama kali, aku mempelajari sebuah
perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, yaitu cemburu. Mereka
hanya bersama selama dua bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan
perasaan yang luar biasa gembira. Tapi, sebulan kemudian dia kembali
bersama seorang gadis.
Aku menyukainya dan aku tahu
bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya?
Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak pernah memulainya untuk
melangkah?
Ketika dia berganti pacar baru
lagi, hatiku semakin sakit. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta
yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan
sangat baik, bila ia hanya menganggapku sebagai seorang teman?
Menyukai seseorang sangat
menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya
kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan seorang
wanita untuk mengatakannya lebih dulu bukan?
Di luar dari itu, aku mau tetap
disampingnya. Memberikannya perhatian, menemaninya, dan mencintainya.
Berharap, bahwa suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku. Aku
tahu, sesibuk apapun, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu,
aku rela menunggunya selama 3 tahun, meski cukup berat untuk kulalui.
Ketika diakhir tahun ke 3, ada
seorang pria lain mengejarku, dia adalah adik kelasku. Setiap hari dia
mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan-penolakan yang telah ku alami,
aku merasa bahwa ada baiknya memberikan dia ruang kecil di hatiku.
Dia seperti angin yang hangat
dan lembut, yang mencoba meniup daun untuk terbang jauh dari pohon. Aku
tahu, angin itu akan membawa pergi sehelai daun yang lusuh tebang jauh
ke tempat yang lebih baik, dan akhirnya daun pun meninggalkan pohon itu.
Tapi pohon hanya tersenyum dan tidak meminta daun untuk tinggal, aku
sangat sedih melihatnya tersenyum ke arahku.
"Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk tinggal"
***
ANGIN
Karena aku menyukai
seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon,
maka aku harus menjadi Angin yang kuat untuk menerbangkannya.
Ketika aku baru pindah sekolah,
aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu,
dia selalu duduk disana sendirian atau dengan teman-temannya
memperhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada
cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di
matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka
melihat Pohon. Suatu hari, dia tidak tampak, dan itu membuatku merasakan
kehilangan.
Seniorku juga tidak ada saat
itu, maka aku pun pergi menuju kelas mereka. Melihat seniorku sedang
memperhatikan daun, air mata mengalir di pipiku. Esoknya, aku melihat
daun sedang berada di tempat biasanya tengah memperhatikan Pohon. Aku
lalu melangkah menghampiri dan tersenyum kepadanya, lalu menulis sebauh
catatan dan memberikan kepadanya. Dia melihat ke arahku sambil tersenyum
dan menerima catatan dariku.
Esoknya, daun menghampiriku dan memberikan sebuah catatan. Ternyata, hati daun sangat kuat dan Angin tak bisa meniupnya pergi.
Aku tahu orang yang dia cintai
bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukai aku.
Selama empat bulan, Aku telah mengucapkan kata Cinta sebanyak 20 kali
kepadanya. Setiap kali aku mengucapkannya, dia selalu mengalihkan
pembicaraan kepada pohon. Tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk
terus-dan terus mengajaknya terbang bersamaku.
Suatu hari aku meneleponnya dan
bertanya, "Apa yang kau lakukan, kenapa kau tidak pernah membalas
pesanku?", dia menjawab, "Aku selalu menengadahkan kepalaku".
"Apa...?" Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
"Aku menengadahkan kepalaku" dia berteriak.
Segera akumeletakkan telepon, dan berlari ke rumahnya. Saat dia membuka pintu, aku langsung memeluknya dengan erat.
"Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal".
sumber